Sejarah Logika: Dari Sekedar Pengetahuan Menjadi Ilmu Pengetahuan

Peringatan: Jangan terlalu percaya dengan apa yang tertulis disini. Apa yang ada disini hanyalah sebuah hasil dari bacaan beberapa buku dan informasi tidak jelas dari internet. Bukan didasarkan atas penelitian dengan metode-metode yang dapat dipercaya.

Aristoteles, Ibnu Rusyd, dan Einstein

Disini saya hanya ingin membagikan apa yang sudah saya baca dan pahami mengenai sejarah dari ilmu logika. Tentu tidak afdal bukan jika ingin mempelajari sesuatu tapi tidak mengetahui asa-usul/sejarahnya.

Setelah saya tertarik untuk mempelajari tentang ilmu ini (logika), saya mulai mencari tahu asal-usul bagaimana ilmu bisa lahir ke dunia ini. setelah beberapa saat saya mencoba mencari beberapa E-Book di internet yang membahas tentang logika, juga buku klasik, tidak ketinggalan pula dari tulisan tulisan yang berserakan di internet (ini sumber yang tidak begitu bisa dipercaya, karena beberapa kali saya menemukan blog yang hanya ambil copas tulisan orang lain). Sungguh mengharukan memang tapi inilah kenyataan literasi di negerinya para koruptor ini, negeri tercinta Indonesia. Para penulis yang tidak punya moral itu juga ikut ikutan korupsi dengan diam diam mencuri kekayaan intelektual orang lain. Akhirnya saya memperoleh beberapa pemahaman tentang asal usul ilmu logika.

Singkat saja, ini adalah beberapa informasi penting yang saya dapatkan mengenai sejarah logika di indonesia:

  1. Logika dimulai pada masa Thales (624 SM-548 SM) (kebanyakan referensi begini semua). Ada pendapat lain dari ayahanda dari Kiai Eksentrik Mustofa Bisri yaitu Bisri Mustofa, mengatakan: Bahwa logika sudah dimulai sejak masa Nabi Dawud, ayah dari Nabu Sulaiman. Tidak beliau jelaskan bagaiman cara logika ini sampai ke Yunani. Padahal Jarak antara tempat Nabi Dawud, Jerusalem ke Yunani cukup jauh. Dikuti dari indonesia.distanceworld.com jarak Israel ke Yunani adalah 1.481 km dengan waktu tempuh 2 jam 57 menit untuk kecepatan 500km/jam. Kebayang enggak bagaimana jarak sejauh itu di tempuh pada zaman dahulu.
  2. Mari kita bersama-sama berterima kasih kepada Mbah Aristoteles. Si Mbah inilah yang telah menyumbangkan jasanya dengan mengkodifikasi Ilmu Logika. Meletakkan dasar-dasarnya, kemudian di kembangkan hingga sekarang, hingga saya pun tertarik mempelajarinya. Matur suwun sanget Mbah Aristoteles (terima kasih banyak Mbah Aristoteles)
  3. Selanjutnya kemajuan logika berpindah ke kawasan Arab. Disisi Islam Ilmu logika Mengalami sebuah dilema. Logika dianggap sebagai anugerah tapi juga dianggap sebagai bencana. Di satu sisi Ilmu Logika telah berhasil menjadi salah satu tonggak yang menjadikan islam mencapai puncak peradaban dunia di masanya. Selanjutnya, disisi lain setelah berhasil memajukan peradaban islam logika juga dianggap sebagai perusuh utama perusak  akidah (teologi)  dalam ajaran islam. Ulama yang mencerca logika mengatakan bahwa seseorang yang mempelajari logika akan menjadi zindiq (gampangnnya ateis, pengertian zindiq lebih mendalam silahkan dicari sendiri). Sementara ulama yang mendukung logika mengatakan bahwa seorang yang tidak memahami logika pantas dipertanyakan kelimuannya, secara tidak langsung ini menyatakan tentang bagaimana pentingnya logika dalam ilmu pengetahuan. Polemik ini, sandung menyandung membuat logika akhirnya ter pental ke daratan Eropa, meninggalkan daratan Arab.
  4. Ilmu logika yang tidak dihargai lagi di Arab kemudian di ambil oleh orang-orang Eropa. Mereka mempelajarinya dari para filsuf-filsuf islam yang tersisa seraya menerjemahkan karya-karya mereka. Dengan begitu uncullah era baru, Era Renaissance, era kebangkitan yang akan menyebar ke seluruh daratan Eropa.
  5. Untuk logika modern saya belum banyak mendapat bahan untuk menulis. Lalu Bagaimana dengan logika di Indonesia? Nanti saya tulis dibawah, dibagian yang lain.

saya sendiri setelah mengetahui hal diatas (sementara ini saya anggap fakta, karena manusia selalu berubah-ubah keyakinannya seiring dia semakin banyak belajar) semakin membuat saya tertarik dengan logika. Setelah sebelumnya saya menulis apa yang membuat saya tertarik dengan ilmu ini, di tulisan : Alasan Kenapa Saya Tertarik Belajar Ilmu Logika

Perkembangan dan sejarah logika hingga muncul sebuah nama logika

=> Awal ada manusia (pendapat pribadi) entah mulai dari Nabi Adam atau Homo Sapien, saya percaya sejak munculnya manusia saat itu juga logika sudah ada dan digunakan. Mustahil rasanya kalau logika hanya digunakan mulai dari masa Nabi Daud/Thales/Aristoteles seperti diatas. Kalau memang begitu, lalu sebelumnya, dimana akal mereka? apakah hanya menganggur tertidur di pojok bagian otak dan manusia hanya hidup mengandalkan insting seperti binatang? Mustahil menurut saya. Logika sejatinya sudah ada tapi belum memiliki istilah nama dengan sebutan logika.

=> Analitica dan Dialektika adalah sebutan bagi logika pada masa Aristoteles
Analitica secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar. dan,
Dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.

=> Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa.

=> Pada masa Abbasiyah islam saat sedang gencar gencarnya penerjemahan tulisan tulisan yunani, pada masa itu istilah logika disebut dengan mana "Ilmu Mantiq", yang sekarang banyak di ajarkan di lembaga pendidikan islam di Indonesia.

Oke, Sekarang akan saya lanjutkan ke.....

Sejarah logika di Indonesia

dalam tulisan ini saya kekurangan sumber bacaan, saya menjadikan tulisan dari Bapak Bangsa Tan Malaka dalam karyanya Madilog sebagai sumber utama, ditambah beberapa tulisan dari hasil googling di internet.

Saya mencoba meresapi apa yang dirasakan Tan Malaka pada saat itu. Bagaimana kondisi di sekeliling nya pada tahun sekitar 1942 di Indonesia. Dimana Madilog melukiskan kondisi iklim dan pikiran kebanyakan orang indonesia pada saat itu.
Madilog Karya Tan Malaka

Saya kira madilog cukup untuk menjelaskan tentang kondisi ilmu logika di bagian metropolitan indonesia sebagai tolak ukur untuk seluruh wilayah indonesia. Tan Malaka, seorang yang mengalami pengasingan dari indonesia yang telah banyak menjelajah belahan wilayah dunia, mulai dari Cina, Rusia, Singapura dan Hongkong tentu telah mendapatkan banyak-banyak pengalaman dan pemikiran.

Dari tulisan di Madilog terlihat bahwa Tan Malaka adalah seorang yang sangat logis. Pada tahun 1942, Menurutnya manyarakat indonesia sedang menghadapi yang namanya logika mistika (sebutan Tan Malaka untuk kebanyakan masyarakat indonesia yang mempercayai hal gaib). Setalah Tan Malaka pulang dari pengasingan, dia menceritakan bagaimana kesusahannya menjelajahi toko-toko buku di Jakarta untuk menemukan buku yang berbau tentang pemikiran, ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia pada saat itu masih sangat asing dengan ilmu olah pikir, yang akhirnya membuat bangsa ini terbelakang.

Tan Malaka sebenarnya meyakini bahwa pada saat itu tahun 1942, rakyat indonesia sudah bisa merdeka dengan tangan sendiri. Perjuangan bawah tanah dan para pejuang sudah lebih dari cukup untuk mengibarkan kemerdekaan, tapi apa boleh buat sepertinya kekuatan itu tidak diimbangi dengan kualitas intelektual masyarakatnya. Menurut Tan Malakan keadaan intelektual itulah yang membuat para pembesar bangsa tidak melakukan gerakan kemerdekaan pada saat itu. Jika dipaksakan untuk merdeka maka negara tidak akan punya cukup SDM untuk mempertahankan kemerdekaan. Sama seperti seorang yang tidak bisa bertani, tapi diberikan berhektar-hektar padi, maka dia tidak akan bisa menghadapi segala macam permasalahan mulai dari membasmi hama, memanen dan lain lain. hingga akhirnya gagal panen.

Sebenarnya Menurut saya pribadi Tan Malaka tidak salah mengatakan bahwa tidak ada buku kaidah olah pikir di indonesia. Tapi Tan Malaka sepertinya melewatkan satu tempat, pesantren. Pesantren pada masa itu sudah dikenal sebagai salah satu basis tempat pengajaran ilmu pengetahuan sekaligus tempat perjuangan kemerdekaan. Sebagai lembaga pendidikan pesantren adalah lembaga yang telah mengajarkan beberapa kitab olah pikir yang dinamakan ilmu mantiq. Sullam Munawraq adalah salah satu kitab tingkat pemula yang banyak diajarkan di pesantren di Indonesia pada masa itu. Jadi sebenarnya di Indoensia pun pada saat itu sudah ada yang mengenal ilmu logika walaupun hanya di sebatas beberapa kalangan saja.
Idhah Al-Mubham syarah Sullam Al-Munawraq:
kitab logika yang banyak diajarkan di pesantren

Tapi sepertinya sekarang ilmu logika ini sudah banyak mengalami perkembangan di Indonesia. Dilihat dari mulai banyaknya jurusan filsafat di universitas indonesia dan jurusan lain yang mewajibkan pelajaran ilmu logika serta semakin banyaknya pesantren yang mengajarkan ilmu mantiq
   
    Tamat

Seperti tulisan pertama, sepertinya tulisan saya kali ini juga masih kurang dapat dimengerti dan acak-acakan, meskipun begitu jika pembaca sudah sampai dititik ini, berarti pembaca masih berkenan menikmati tulisan ini. Untuk itu,maka saya mengucapkan banyak terimakasih.

Sumber Referensi:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alasan Kenapa Saya Tertarik Belajar Ilmu Logika